profil TPM dan harapan
PROFIL TENAGA PELATIH MASYARAKAT (TPM)
REFLEKSI PENGALAMAN LAPANGAN
Pembangunan
pada dasarnya adalah proses perubahan berbagai aspek kehidupan menuju
kondisi yang lebih baik. Dalam konteks bernegara, kerja besar
pembangunan diselenggarakan oleh para pemangku kepentingan sesuai
peraturan perundangan yang ditetapkan. Didalam PNPM Mandiri Perdesaan
ditingkat kecamatan di bentuknya BKAD (Badan Kordinasi Antar Desa) memastikan
terbentuknya dan memfasilitasi pelaksanaan tugas TPM (Tenaga Pelatih
Masyarakat).TPM di tingkat kecamatan mempunyai tugas dan tanggungjawab
meningkatkan kapasitas ,
sinergi, dan kekuatan dalam membangun, mengakselerasi dan melembagakan
system pembangunan partisipatif, sebagai pilihan yang lahir dari
tuntutan desentralisasi dan pemberdayaan masyarakat pelaku Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan di tingkat kecamatan dan desa.
Pemberdayaan
masyarakat sebagai upaya menggerakkan segenap lingkungan (masyarakat
dan pengambil kebijakan) dikawal melalui proses belajar (learning
process) yang akan menumbuhkan masyarakat pembelajar (learning society)
dan sinergi dari berbagai pemangku kepentingan yang terhimpun dalam RBM
(Ruang Belajar Masyarakat), disertai penguatan control (pengawasan)
terhadap ketaat asasan proses-proses pelaksanaan pembangunan dan
kebijakan public yang partisipatif, transparent, akuntabel melalui
kegiatan advokasi.
Diharapkan
proses pembangunan dapat terakselerasi, terintegrasi dan berbasis
kepada kebutuhan pemberdayaan masyarakat dengan peran masyarakat dalam
menangani permasalahan pembangunan yang makin kompleks, selain itu
proses pengorganisasian masyarakat dari tingkat desa, kecamatan dan
Kabupaten diharapkan akan membangun norma yang lebih besar, efektif dan
efisien. Berdasarkan bottom line argument diatas TPM (Tenaga Pelatih
Masyarakat) hadir untuk memfasilitasi dan mengembangkan ruang-ruang
partisipasi masyarakat dimana hak-hak dan kesempatan masyarakat untuk
belajar dan mandiri dapat lebih dihargai, dan kebijakan public dapat
lebih berkualitas.
Visi :
Ø Tersedianya Tenaga Pelatih Masyarakat (TPM) yang kompeten dan berdedikasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin .
Misi :
- Terbentuknya sistem yang memungkinkan terjadinya keberlanjutan proses belajar kolektif masyarakat
- Tersedianya sarana dan prasarana pendukung untuk menunjang kebutuhan peningkatan kapasitas masyarakat
- Berkembangnya kegiatan berbasis pengalaman lokal yang memungkinkan terjadinya proses belajar kolektif masyarakat
- Diperkuatnya jiwa, peran dan tugas pelaku dalam rangka pengembangan ruang belajar
SASARAN KEGIATAN
- Terbentuknya ruang belajar bersama masyarakat perdesaan.
- Dengan pelatihan ini, jelasnya, masyarakat bisa mengawasi berbagai program pembangunan. Untuk dapat mengawasi pembangunan, mereka tentu harus memiliki kemampuan-kemampuan menejemen, sehingga pengawasannya benar-benar efektif. “Jika tidak memiliki pengetahuan itu, bagaimana mengawasi?
- Diterbitkan, dipublikasikan, disiarkan, dikampanyekan-nya hasil-hasil pengalaman terbaik lapangan yang menunjukkan kontribusi dan manfaat langsung dari adanya wahana belajar lokal.
- Adanya diseminasi dan kampanye berulang untuk menggugah kesadaran produktif masyarakat.
- Terjadinya revitalisasi organisasi kerja masyarakat dalam mendukung terbentuknya wahana belajar di Desa/Komunitas maupun di kecamatan.
KOMENTAR PELATIHAN YANG TELAH DI IKUTI
ü Sebagiaan kemampuan Narasumber perlu ditingkatkan, baik kemampuan melatih maupun pemahaman materi.
ü Metode Pelatihan hanya monoton
ü Pembagian Waktu dalam jadwal pelatihan kurang tepat.
ü Lokasi pelatihan kurang nyaman
ü Materi pelatihan tolong di bagikan dari awal
ü penyusunan modul yang kurang efektif, sebagai langkah awal persiapan TPM-RBM.
HARAPAN UNTUK KEMAJUAN PELATIHAN
Ø Melalui kegiatan
Ruang Belajar Masyarakat pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri Perdesaan (RBM-PNPM-MP), diharapkan Tenaga Pelatih Masyarakat
(TPM) Kecamatan memiliki kapasitas mengelola pelatihan partisipatif di
desa, kecamatan termasuk di Kabupaten.
Ø Metode Pelatihan yang yang pariatif dan perlu pengenalan Konsep diri-ESQ.
Ø Jadwal dalam isoma jangan lebih lebih dari jam 12.00 karena konsentrasi peserta sudah berkurang.
Ø Lokasi pelatihan diharapkan yang nyaman karena kita sipatnya belajar atau diskusi.
Ø Tujuan
penyusunan modul, agar TPM dapat menyusun modul lokal sesuai panduan
nasional, modul nasional dan hasil kaji kebutuhan lapangan. Kemudian
TPM dapat melaksanakan praktek belajar menyusun modul praktis.
Latih yang lemah, sambung yang patah, gigih berjuang ,maju terus pantang mundur dan mari mengabdi pada masyarakat.
0 komentar:
Posting Komentar